Selasa, 13 April 2010

Rencana Strategi dan Media Pengajaran


Pokok Bahasan: Sifat Koligatif Larutan
Slide 2 Materi Ajar :
-Penurunan tekanan uap
-Kenaikan titik didih
-Penurunan titik beku

-Tekanan osmotik

Karakteristik Materi Ajar :



Identifikasi Masalah :
Siswa kurang :
~ paham tentang konsep dan prinsip mengapa titik beku larutan turun sedangkan titik didih larutan naik
~ mengerti bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit

Strategi Pembelajaran :
CTL = Conceptual Teaching Learning

Alasan :a. Strategi ini membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa.
b. Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.


Media Pembelajaran :
>> media audio
>> media visual (kartun)







Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).

Sifat koligatif meliputi:

1. Penurunan tekanan uap jenuh (rP)

2. Kenaikan titik didih (rTb)

3. Penurunan titik beku ()

4. Tekanan osmotik ()

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH (rP)

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.

Menurut RAOULT:

p = po . XB

dimana:

p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:

P = Po (1 - XA)

P = Po - Po . XA

Po - P = Po . XA

sehingga:

rP = po . XA

dimana:

rP = penunman tekanan uap jenuh pelarut
po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut

Contoh:

Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.

Jawab:

mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol

mol air = 90/18 = 5 mol

fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048

Penurunan tekanan uap jenuh air:

rP = Po. XA = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg

KENAIKAN TITIK DIDIH (rTb)

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.

Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:

rTb = m . Kb

dimana:

rTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)

Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
rTb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:

Tb = (100 + rTb)oC

PENURUNAN TITIK BEKU ()

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :

rTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf

dimana:

rTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O -
rTf)oC

Tabel Tetapan kenaikan Titik didih Molal (Kb) dan Tetapan penurunan Titik Beku Molal (Kf) dari beberapa Pelarut (tekanan 1 atm)

Pelarut

Titik Didih (oC)

Kb

Titik Beku (oC)

Kf

Air

100,0

0,52

0,00

1,86

Asan asetat

118,3

3,07

16,6

3,57

Benzena

80,20

2,53

5,45

5,07

Klorofrom

61,20

2,63

-

-

TEKANAN OSMOTIK ()

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).

Menurut VAN'T Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmotik = , maka :

= n/V R T = C R T

dimana :
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)

- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
-
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Contoh:

Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:

α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α <>

Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya sebagai berikut:

Faktor Van’t Hoff(i) i = [1+α (n-1)]

1.) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:

rTb = m . Kb [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)]

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.

2.) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:

rTf = m . Kf [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]

3.) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
= C R T [1+
α (n-1)]

4.) Untuk penurunan tekanan uap (rP) dinyatakan sebagai:

rP = po . XA. [1+ α (n-1)]

Contoh:

Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)

Jawab:

Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> NaF+ (aq) + Cl- (aq)
Jumlah ion = n = 2.

rTb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416oC

rTf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488oC

Rancangan Tata Ruang Laboratorium Pendidikan Kimia

Reaksi Substitusi Terhadap Senyawa Kompleks

I. Senyawa kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam dengan satu atau lebih ligan. Interaksi antara logam dengan ligan - ligan dapat diibaratkan seperti reaksi asam-basa lewis, di mana basa lewis merupakan zat yang mampu memberikan satu atau lebih pasangan elektron (ligan)
Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron bebas, tetapi ada juga ligan yang mempunyai dua pasang atau lebih elektron bebas.
seperti : H2 CH2 H2 (di etil diamin) bidentat
H2 H2CH2 H2CH2 H2 (dietilen triamin) polidentat
Atom logam baik dalam keadaan netral ataupun bermuatan positif bertindak sebagaiasma lewis (menerima pasangan elektron) sehingga ikatan yang terjadi antara logan dengan ligan umumnya merupakan ikatan kovalen koordinat, sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa koordinasi.
Atom adalah suatu ligan yang terikat langsung dengan atom pusat dikenal sebagai atom donor, contoh: nitrogen dalam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ merupakan atom donor. Senyawa-Senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi yang dapat diartikan sebagai bilangan yang dapat menunjukkan jumlah atom donor diseputar atom logam pusat dalam ion kompleks.
Ion-ion kompleks memiliki bilangan koordinat yang bermacam – macam
Contoh : Ion Kompleks Bilangan Koordinasi
Ag [NH3]+ 2
[Sn Cl3]- 3
[Fe Cl4]- 4
[Ni(CN)5]3- 5
[Fe(CN)6]3- 6
Ion dengan bilangan koordinasi 2 dan lebih besar dari 6 seperti 7,8 sangat jarang ditemukan. Yang paling umum dibicarakan adalah ion kompleks yang bilangan koordinasi 4 dan 6.

II. Reaksi – Reaksi Senyawa Kompleks
a. Kestabilan Ion Kompleks
Reaksi kompleks diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi ligan, reaksi konversi ligan dan reaksi redoks logam. Tetapi dalam hal ini yang dibahas adalah reaksi substitusi ligan.
Ion logam mengalami reaksi pertukaran (substitusi) ligan dalam larutan yang secara umum dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
Ln Mx + Y ® Ln My + X
Laju reaksi ini sangat beragam, tergantung pada jenis ion logam dan ligannya.
Dalam konteks reaksi substitusi ligan, pengertian tentang kestabilan dan kecenderungan bereaksi adalah bersifat termodinamika.
Satu ukuran mengenai kecenderungan ion logam membentuk ion kompleks tertentu adalah konstanta pembentukan atau konstanta kestabilan (kf)
Konsep dan metode perhitungan konstanta pembentukan bertahap diusulkan oleh N.Bjerru (1941), dimana konstanta kesetimbangan penggantian ion terhidrasi M dengan ligan lain dalam larutan air adalah :
M + L ® ML Kf =

ML + L ® ML2 Kf =

MLn + L ® MLn+1 Kf =

Semakin besar harga Kf, semakin stabil ion kompleks.
Contoh : ion kompleks tetra sianonikelat II dikatakan stabil karena harga Kf besar yaitu : 1x1030
Ni2+ + 4 CN- ® [Ni (CN)4]2-
Dengan menggunakan ion sianida berlabel isotop radioaktif C-14 ion kompleks [Ni (CN)4]2- menunjukkan pertukaran ligan sangat cepat dalam larutan.
Kesetimbangan ini tercapai begitu spesi dicampurkan.
[Ni(CN)4]2- + 4 *CN- Û [Ni(*CN)4]2- + 4CN-
Dimana tanda asterisk (*) menyatakan atom C -14 kompleks seperti ion tetra siano nikelat II disebut kompleks labil sebab kompleks ini mengalami reaksi pertukaran ligan dengan cepat. Jadi spesi yang stabil seacara termodinamika (artinya : spesi yang konstanta pembentukannya besar) tidak selalu tidak reaktif.
Salah satu kompleks yang secara termodinamika tak stabil dalam larutan asam ialah [Cu (NH3)6]3+. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini sekitar 1x1020.
[Co (NH3)6]3+ + 6H+ + 6H2O Û [Co (H2O)6]3+ + 6NH4+.
Ketika kesetimbangan tercapai, konsentrasi ion [Co (H2O)6]3+ sangat rendah. Ini merupakan satu contoh dari kompleks inert, yaitu kompleks yang mengalami reaksi pertukaran sangat lambat (supaya reaksinya selesai membutuhkan waktu dalam hitungan jam atau bahkan hari). Ini menunjukkan spesi yang tidak stabil secara termodinamika tidak selalu berarti reaktif sacara kimia.

b. Mekanisme Reaksi Substitusi
Pemahaman efek ligan yang keluar (x) dan ligan yang masuk (y) pada laju substitusi dan spesi senyawa antara (intermediet) penting untuk mengelusidasi reaksi kompleks logam. Khususnya bermamfaat untuk merangkumkan struktur elektronik logamnya, stereo kimia kompleksnya dan korelasi antar parameter yang mewakili sterik senyawa dan laju reaksi. Umumnya mekanisme reaksi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Mekanisme disosiatif
2. Mekanisme asosiatif
3. Mekanisme pertukaran

1. Mekanisme Disosiatif
Reaksi substitusi yang sangat sensitif pada identitas ligan yang keluar (x) dan praktis tidak sensitif pada identitas ligan yang masuk.
Kompleks terdisosiasi, melepaskan ligan yang diganti kekosongan dalam kulit koordinasi lalu diisi ligan yang baru. Jalur ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
[L5MX]n+ X- + [L5M](n+1)+ [L5MY]n+
¯
Zat intermediat
Hal yang penting disini ialah, bahwa tahap pertama dimana X- dilepaskan berlangsung relatif lambat, jadi menentukan laju berlangsungnya proses total dengan kata lain sekali kompleks intermediet terbentuk akan seg bereaksi dengan ligan baru Y- .
Mekanisme disosiatif sering dijumpai dalam kompleks heksakoordinat dimana proses melepaskan (eliminasi) X- diikuti dengan peningkatan spesi molekular dalam tahap senyawa intermediet, aktivasi entropinya (Ds) bernilai positif.
Dan terjadi penurunan bilangan koordinasi dispesi intermediet.

2. Mekanisme Asosiatif
Laju substitusi ligan kompleks bergantung pada ligan Y yang berkoordinasi dengan logam pusat dan tidak sensitif pada ligan yang keluar (X). Dalam hal ini ligan baru menyerang kompleks secara laangsung membentuk kompleks teraktifkan berkoordinasi -7, yang kemudian melepaskan ligan yang ditukar. Hal ini dapat ditunjukkan dalam skema.
[L5MX]n+ + Y- [L5MX]n+ + X-

Reaksi ini disertai reduksi spesi molekuler dalam tahap antara, dimana pengukuran termodinamikanya mengindikasikan entropi aktivasi bernilai negatif dan tejadii peningkatan bilangan koordinasi.
Reaksi substitusi asosiatif sering diamati pada senyawa seperti :
Kompleks Pt (II) planar tetra koordinat diman zat intermedietnya adalah kompleks penta koordinat bipiramidal segitiga, jika senyawa heksa koordinat, zat yang menjadi intermediet adalah komplek hepta koordinat.

3. Mekanisme Pertukaran
Reaksi berlangsung melalui mekanisme pertukaran, ketika koordinasi Y dan eliminasi X berlangsung bersamaan.

III. Pertukaran Air Dan Pembentukan Kompleks Dari Ion Akua
Karena kebanyakan reaksi diman kompleks terbentuk berlangsung dalam larutan air, salah satu reaksi yang sangat mendasar untuk dibicarakan / dipahami adalah dimana molekul – molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari kulit koordinasi dan diganti oleh atom ligan lain.

a. Reaksi penggantian ligan dalam kompleks oktahedral (bilangan koordinasi 6)
Pembentukan kompleks oktahedral satu ion logam dalam pelarut air dengan suatu ligan berlangsung melalui reaksi substitusi.
Tahapan atau mekanisme reaksi tergantung pada jenis ligan, jika ligan yang masuk monodentat berlangsung 6 tahap, jika ligan yang masuk bidentat ada 3 tahap dan jika ligan tridentat berlangsung 2 tahap
Contoh :
1). Kompleks [M(H2O)6]n+ pada saat kedalam larutan ditambahkan ligan monodentat tidak bemuatan, maka terjadi reaksi :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)5L]n+ + H2O
Tahap II :
[M(H2O5]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + H2O
Reaksi ini terus berlangsung hingga ke enam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks [ML6]n+.

2). Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat,maka pada setiap tahap ada 2 molekul air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+ ada 3 tahapan :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + 2H2O
Tahap II :
[M(H2O)4 L2]n+ + L ® [M(H2O)2L4]n+ + 2H2O
Tahap III :
[M(H2O)2 L4]n+ + L ® [ML6]n+ + 2H2O

b. Reaksi Penggantian Ligan Dalam Kompleks Bujur Sangkar (Bilangan Koordinasi 4)
Bagi kompleks bujur sangkar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung dan karena iru dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih memungkinkan mekanisme yang terjadi adalah asosiatif.
Contoh :
Pt Ln Cl4-n + Y ® Pt Ln Cl3-nY + Cl-
Dimana telah ditemukan bagi deret 4 kompleks dimana L = NH3 dan Y = H2O. Beragam hanya oleh faktor 2. Ini merupakan keragaman yan menarik perhatian karena muatan kompleks berubah dari -2 ke +1 bila n berubah dari 0 ke 3. Pemutusan ikatan Pt – Cl menjadi lebih sulit dalam deret ini.

c. Efek Trans
Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan segiempat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang kuat.
Dalam kompleks tetrakoordinat bujur sangkar khususnya platina (II), ligan yang berorientasi trans pada ligan yang keluar (X) menentukan laju substitusi (efek trans). Laju substitusi meningkat dengan peningkatan kemampuan akseptor p atau donor s ligan trans dalam urutan NH3 < Cl- < Br- < I- < NCS- < PR3 < CN- < CO.






DAFTAR PUSTAKA
- Iis Siti Jahro, dkk, Kajian Mekanisme Reaksi Kompleks Multi Inti FeII – MnII – CrIII dengan Ligan Ion Oksalat dan 2,(2’-pyridyl)quinoline
- Reaksi Kompleks Chem-Is-Try.Org Situs Kimia Indonesia
- Raymond Chang, Kimia Dasar Jilid 2 Edisi Ketiga
- Cotton dan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar

Pengelolaan Administrasi dan Penataan Alat/Bahan Laboratorium Kimia

I. Pendahuluan
Pada dasarnya semua peralatan di sekolah adalah milik negara/milik yayasan untuk sekolah yang bestatus swasta yang dipercakan ke sekolah untuk dipergunakan dan dikelola sesuai program yang telah dibakukan dalam hal ini untuk kegiatan proses belajar mengajar. Maka peralatan itu harus dipertanggung-jawabkan sesuai aturan atau kebijakan yang berlaku diantaranya ialah bahwa semua peralatan yang masuk ke laboratorium harus dilengkapi dengan dokumen pendukungnya (ada berita acara serah terima alat, hari/tanggal, spesifikasi alat/bahan, jumlah).
Agar semua alat dan bahan mudah dideteksi dengan prinsip.
1. mudah dilihat
2. mudah dijangkau
3. aman untuk alat
4. aman untuk pemakai

Untuk mencapai keadaan itu maka perlu ada pengadministrasian di laboratorium yang bertujuan.
a. Memahami cara menata dan menyimpan alat/bahan di laboratorium
b. Memahami cara mengadministrasikan alat/bahan.
c. Mengenal dan mengisi perangkat administrasi
d. Menerapkan cara menata, menyimpan dan mengadministrasikan alat/bahan dilaboratorium kimia.

II. Isi
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efectifdan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.
Pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu:
1. perencanaan
2. penataan
3. pengadministrasian
4. pengamanan, perawatan dan pengawasan.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan penguna fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan, dan bahan) serta aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Dimana pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memilki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara dan mengusahakan keselamatan kerja.
Penataan dan penyimpanan alat dan bahan didasarkan pada :
1. Keadaan laboratorium, yang ditentukan oleh:
a. Fasilitas seperti : ada tidaknya ruang persiapan, ruang penyimpanan.
b. Keadaan alat seperti : jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa sering alat tersebut digunakan, termasuk alat mahal atau tidak.
c. Keadaan bahan seperti: wujud (padat, cair, gas), sifat bahan (asam/basa) seberapa bahaya bahan tersebut dan seberapa sering digunakan.

2. Kepentingan pemakai ditentukan oleh:
a. Kemudahan di cari atau digapai.
Untuk memudahkan mencari letak masing–masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci). Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

b. Keamanan dalam penyimpanan dan pengambilan.
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat:
1. bahan dasar pembuat alat (kaca, logam atau kayu)
2. bobot alat
3. kepekaan alat terhadapa lingkungan
4. pengaruh alat yang lain
5. kelengkapan perangkat alat dalam suatu set.

Sedangkan untuk penyimpanan bahan, ada juga hal-hal yang harus diperhatikan seperti:
1. Wujud zat : padat disimpan terpisah dari cair.
2. Konsentrasi zat : konsentrasi yang pekat disimpan terpisah dan khusus.
3. Bahaya dari zat : zat yang berbahaya tidak disimpan diatas.
4. Label : semua wadah yang berisi bahan atau zat kimia harus diberi label.
5. Kepekaan zat terhadap cahaya : zat yang peka terhadap cahaya disimpan dalam botol cokelat.
6. Kemudahan menguap: zat yang mudah menguap disimpan ditempat dingin dan sejuk, serta hindarkan dari cahaya langsung.
7. Larutan indikator disimpan dalam botol tetes (botol kecil yang dilengkapi dengan pipet tetes pada sumbatnya).

Pengadministrasian di laboratorium adalah proses mencatat atau menginventarisis fasilitas yang ada dan aktivitas yang berlangsung di laboratorium. Dengan adanya pengadministasian yang tepat, semua fasilitas dan activitas laboratoriun dapat terorganisir.

Nilai postif yang dapat diperoleh jika ada inventarisasi laboratorium, antara lain :
1. Memudahkan penggadaan dan pengecek bahan dan alat.
2. Meefisiensikan pengguna budget.
3. Memperlancar pelaksanaan praktikum.
4. Memudahkan membuat laporan pertanggung-jawaban.

Untuk mengetahui tentang keadaan dan keberadaan alat/bahan maka diperlukan perangkat seperti:
a) Buku inventaris.
b) Buku/kartu stock alat/bahan.
c) Buku/kartu daftar alat rusak/bahan habis.
d) Buku daftar usulan penggadaan alat/bahan (apakah dengan cara dibeli sendiri atau dropping dari pemerintah).
e) Buku daftar peminjam alat.

Demi untuk memperlancar proses aktivitas di laboratorium sangat diperlukan :
a) Program kerja di laboratorium.
b) Jadwal kegiatan laboratorium.
c) Buku catatan harian kegiatan laboratorium.
d) Daftar alat/bahan sesuai lembar kerja siswa.


III. Penutup
Manajemen Laboratorium adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa peralatan laboratorium yang canggih dengan staf yang professional dan terampil tidak serta merta dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas laboratorium sehari-hari.